Akhirnya
aku harus berhenti peduli padanya,
bukan
karena benci tapi karena dia memang tak lagi menginginkan peduliku.
Akhirnya
aku harus memilih untuk meninggalkannya,
bukan
karena berhenti mencinta tapi karena dia memang tak lagi menghargaiku
Akhirnya ku harus menjauh dari dia yang tulus ku cinta,
untuk melindungi diri dari luka yang lebih dalam
Karena sangat menyakitkan di saat aku selalu mendo’akan dia yang pergi tanpa kabar,
Tiba-tiba dia malah menuduhku melakukan hal yang sama sekali
tak pernah ku lakukan
Tuduhan yang terkesan mengada-ada, karena mungkin sebenarnya
dia hanya tak ingin kembali untuk menepati ‘janji’ yang pernah
dia ucapkan sendiri.
Setelah sekian lama aku begitu terpesona dengan ‘kharisma’nya,
dalam sesaat aku harus melihat kenyataan lain dari dirinya
yang sama sekali tak pernah ku bayangkan sebelumnya
bisa dilakukan oleh orang se'pintar' dia..
Jadi untuk apa bertahan jika sebenarnya aku tak diinginkan?
Aku tak boleh takut melepaskan dia yang terus menyakiti.
Aku tak boleh takut melepaskan dia yang terus menyakiti.
Meski sebelumnya kehadiran dia begitu membiusku
Sudah cukup semua yang kulakukan untuknya meski akhirnya
harus sia-sia..
Aku bahkan sering mengalah dan menekan perasaanku sendiri hanya
agar dia merasa nyaman saat berada jauh dari keluarganya..
Tapi apa?? Ternyata itu semua tak pernah berarti apapun buat
dia
Dan dalam sekejap terhapus oleh ‘prasangka’ yang tak jelas
ujung pangkalnya..
Andai saja ia lebih 'gentle' mengakui bahwa dia tak bisa
mewujudkan 'janjinya'
Ungkapkan saja, aku pun tak mungkin memaksakan diri dan
justru akan merasa lebih dihargai
Bukan malah melontarkan tuduhan yang tak jelas dan terkesan
sangat mengada-ada..
Biarlah
waktu yang akan membuktikan semua kebenaran
Sakit hati ini hanya bisa diobati oleh keikhlasan yang tulus, untuk menerima apa yang terbaik menurut Allah SWT..
Sakit hati ini hanya bisa diobati oleh keikhlasan yang tulus, untuk menerima apa yang terbaik menurut Allah SWT..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar